Sejarah singkat Paguyuban Seni Karawitan dan Pedalangan Wargo Laras milik Ki Seno Nugroho - Warta Jogja

Sejarah singkat Paguyuban Seni Karawitan dan Pedalangan Wargo Laras milik Ki Seno Nugroho

2006 0

WARTA JOGJA.CO.ID || BANTUL — Bermula dari keinginan Ki Suparman Cermo Wiyata ( ayahanda Ki Seno Nugroho ) untuk mempersatukan pengrawit tlatah ( daerah/wilayah ) lor ( daerah Sleman dan sekitarnya ) dan tlatah kidul ( daerah Bantul dan sekitarnya ) maka diajaklah para seniman tersebut untuk menjadi grup karawitan pengiring ketika Ki Suparman pentas. Pada masa itu sekitar tahun 1970-an tidak banyak seniman karawitan ( wiyaga ) yang benar-benar ahli atau mahir bermain gamelan, hanya segilintir orang saja yang bisa disebut pengrawit yang handal pada masa itu. Grup karawitan yang biasa mengiringi Ki Suparman di setiap pentasnya saat itu bernama Trimo Lothung, namun sekitar tahun 1974 atas inisiatif Ki Suparman dan didukung oleh semua anggotanya baik pengrawit maupun sindhen ( waranggana ) diadakanlah sarasehan untuk mengganti nama Trimo Lothung menjadi nama Wargo Laras sebagai nama baru grup yang mengiringi Ki Suparman. ( 11/01/21 )

Sebagai seorang Dalang yang laris dan kondang pada masanya tentu Ki Suparman mempunyai cita-cita kelak putra-putranya mewarisi bakat keahliannya dalam mendalang. Ki Suparman mempunyai 6 ( enam ) orang putra, dua perempuan dan empat laki-laki, yaitu Ambar Retnowati, Bayu Kuncara, Bimo Tutuka, Seno Nugroho, Wahyu Setyaningsih dan Heru Nugroho. Dari ke enam putra Ki Suparman ternyata bakat keahliannya ada pada diri Ki Seno Nugroho putra ke empatnya. Pada tanggal 12 Oktober 1989 Ki Suparman meninggal dunia karena sakit dan akhirnya Seno Nugroho yang melanjutkan kiprah ayahandanya di dunia pewayangan.

Untuk lebih mengasah ketrampilan dan keahliannya dalam memainkan wayang Seno Nugroho melanjutkan sekolahnya setelah lulus dari SMP ke SMKI ( Sekolah Menengah Karawitan Indonesia ) jurusan pedalangan dari tahun 1988-1992 ( saat itu SMKI jenjang pendidikannya harus ditempuh selama 4 tahun ). Lulus dari SMKI tahun 1992 beliau mulai laris dan ditanggap di berbagai daerah khususnya di DIY. Dalam setiap pentasnya Ki Seno diiringi oleh grup karawitan Wargo Laras peninggalan ayahandanya. Namun ketika waktu terus berjalan, dari beberapa anggota Wargo Laras senior ( sepuh ) ada yang telah meninggal dunia dan ada yang pindah grup untuk mengiringi dalang lain seperti Ki Timbul Hadi Prayitno dan lain-lainnya.

Selanjutnya untuk menutup kekurangan instrumen yang ditinggalkan beberapa anggotanya Ki Seno merekrut teman-teman semasa di SMKI untuk menjadi pengrawit dibawah pimpinan Ki Seno Nugroho. Ki Seno muda dengan Wargo Larasnya semakin dikenal, tidak hanya di daerah lokal DIY, tetapi sudah merambah ke daerah lain seperti di Jawa Tengah, Jawa Timur, Jakarta dan di luar pulau Jawa seperti di Sumatra dan Kalimantan. Ciri khas pementasan Ki Seno dengan Wargo Larasnya adalah memadukan dua gaya yaitu gaya Yogyakarta dan gaya Surakarta.

Pentas Ki Seno tidak hanya di dalam negeri saja, bahkan beberapa negara di benua Eropa, Amerika dan Asia Ki Seno pernah pentas di sana, diantaranya di Belanda, Belgia, Polandia, Kanada, Argentina dan Korea Selatan. Diantara beberapa negara yang pernah dikunjungi Ki Seno.

Joko Suwito yang merupakan anggota Wargo Laras sekaligus narasumber menjelaskan pementasan di Argentina tahun 2012 dan di Polandia pada tahun 2014. Sampai menjelang wafatnya Ki Seno Nugroho, Wargo Laras tetap mempertahankan adeg-adeg dan jati dirinya sebagai grup pengiring pentas wayang dengan tetap memadukan gaya Yogyakarta dan gaya Surakarta.

Ki Seno Nugroho meninggal dunia pada tanggal 3 November 2020 di usia 48 tahun karena sakit penyumbatan jantung, namun kenangan dan karya-karya beliau akan tetap selalu ada di tengah-tengah kami sebagai keluarga besar Wargo Laras.

Joko Suwito mengatakan pihaknya dan juga keluarga besar Wargo Laras akan melanjutkan cita-citamu melestarikan seni budaya wayang kulit agar tetap digemari oleh semua kalangan khususnya kalangan milenial, agar wayang kulit tetap lestari dan berkembang sesuai berkembangnya kemajuan jaman.

” Kami juga akan menjaga pesanmu Ki, apapun yang terjadi bendera Wargo Laras harus tetap berkibar dan dikibarkan setinggi-tingginya “, tegas Joko Suwito.

Dikutip dari Jokobonangwl.blogspot.com

Red. ( Joko Suwito / Wargo Laras )


Related Post

Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *