Profil Forum Jogja Rembug , " Ngumpulke Balung Pisah " - Warta Jogja

Profil Forum Jogja Rembug , ” Ngumpulke Balung Pisah “

128 0

Wartajogja.co.id || Yogyakarta — Organisasi Masyarakat (Ormas) yang tergabung dalam Forum Jogja Rembug (FJR) didirikan atas pemaknaan terhadap beragam suasana perubahan tatanan kehidupan yang terjadi begitu cepat dan telah memberi konsekuensi atau tantangan besar bagi masyarakat kita. Melihat kesenjangan ekonomi sosial yang sangat ekstrim dan implikasinya terhadap kondisi masyarakat lokal yang dipengaruhi oleh laju cepat perkembangan politik, ekonomi dan teknologi. Dengan slogan “HABIS GELAP, MENUJU CAHAYA,” atau “DARI GELAP KEPADA CAHAYA”, dan sebagai bentuk gerakan kultural ” Ngumpulke Balung Pisah” maka didirikanlah Forum Jogja Rembug (FJR) yang sejak awal dirintis Tahun 2005 oleh Ebes Suharno atau akrab dipanggil Cak Harno sebagai Pimpinan Umum FJR dan Panji Wening Hariyanto SH sebagai Sekjend FJR yang kemudian merangkul Tokoh Komunitas atau  kelompok massa yang sifatnya mengumpulkan pemuda-pemuda dengan Rasa solidaritas kesekawanan sosial, kemudian bersama tokoh-tokoh Cultural Masyarakat di DIY. (05/10/23)

FJR dikukuhkan pada  malam Minggu Legi tanggal 03 Mei 2009 di Petilasan Prabu Brawijaya V di Pantai Ngobaran, Gunungkidul DIY, untuk meresapi Jejak Sejarah para leluhur nusantara. Dipilihnya Pantai Ngobaran (Api yang Berkobar) bukan tanpa maksud, karena diharapkan FJR mampu tumbuh dengan semangat menyala berkobar-kobar. Disegani bukan ditakuti dalam mengawal dan menghimpun beragam potensi Pemuda atau warga masyarakat menjadi kekuatan perubahan sosial yang bermaslahat luas bagi kemanusiaan, Masyarakat dan Bangsa ini. Di Pantai Ngobaran juga terdapat sumber mata air tawar di tepi laut yang tidak pernah kering sepanjang musim, serta Goa yang tanah merahnya beraroma wangi , sehingga diharapkan gerakan Kultural FJR mampu membawa sumber penghidupan dan menebarkan harum mewangi bagi kemaslahatan luas sekaligus merupakan usaha untuk merealisasikan prinsip keadilan sosial dalam aspek pemerataan ekonomi.

Fenomena adanya eksistensi Gerakan Kultural yang berupa kelompok-kelompok Kepemudaan dan Kemasyarakatan non-formal di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Daerah sekitarnya menjadi penting dan perlu untuk dicermati secara Komprehensif sehingga mampu diambil Nilai-nilai serta potensi yang selama ini kurang digarap dan belum dapat dioptimalkan. Kaitannya peran dan potensi kelompok-kelompok kultural tersebut terhadap berbagai konstalasi di dalam kehidupan sosial ekonomi, budaya di DIY dan sekitarnya. Pragmatisme politik, budaya, pendidikan telah menjadi fenomena akut dalam berbagai aspek kehidupan. Di tengah masyarakat kita menggejala suasana depresi sosial secara sistemik, yang disebabkan oleh hilangnya rasa cinta sesama anak bangsa. Kelas elite kehilangan kepekaannya pada kawula alit , sedang rakyat kecil juga saling mendzalimi rakyat kecil lainnya yang dianggap lebih lemah atau berbeda selera keyakinan, bendera dan akhirnya sikap fanatisme pada kelompoknya menjadi pemandangan dimana-mana. Ditambah dengan memudarnya rasa patriotik, Nasionalisme kebangsaan yang ditandai dengan munculnya gerakan sektarian atas nama Agama, Suku , Ras,dan golongan , akibatnya masyarakat kecil yang menjadi ‘Tumbal’ dari beragam suasana carut-marut tersebut. Adapun program kerja FJR meliputi, Kegiatan Peduli Sosial / Aksi Kemanusiaan , Religi, Seni Budaya, Tradisi Lokal, Juru Perdamaian (Mediasi konflik) , Bantuan Hukum, Kewirausahaan / Ekonomi Kerakyatan, Penyelamatan Lingkungan Hidup dan Penelitian serta Kajian Strategis.

 

Red ( Whyoe)


Related Post

Leave a comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *